LONDON – Dr Usama Hasan, akademisi dari Quilliam Foundation, mengatakan Muslim di Inggris yang menjalankan ibadah puasa lebih baik mengikuti waktu Makkah ketika berbuka. Sebab, durasinya lebih pendek dari waktu puasa di Inggris. Seruan ini pun menimbulkan perdebatan dari berbagai kalangan, terutama di media sosial (medsos).
“Islam adalah tentang keseimbangan dan fleksibel dan saat musim panas puasa terlalu lama karena (Inggris) lebih dekat dengan Kutub Utara dibandingkan Khatulistiwa,” kata Hasan, seperti diberitakan BBC, Rabu (17/6/2015).
Namun, argumentasi yang dilontarkan Dr Usama Hasan banyak yang memprotes. Mereka mengatakan waktu berpuasa sebaiknya tetap dijalankan seperti adanya. Waktu puasa di Inggris memang cukup lama.
Pada hari pertama Ramadan di Inggris yang akan jatuh Kamis 18 Juni 2015, waktu imsak berlangsung pada pukul 02.39 dan Maghrib pukul 21.23 waktu setempat.
Perdebatan tentang lama puasa telah lama terjadi. Hasan mengatakan, puasa seharusnya dilakukan dengan mengikuti waktu seperti di Makkah dengan 12, 14, atau bahkan 16 jam, jadi tidak lebih lama.
“Dan, itu semua adalah pendekatan yang berimbang serta perlu diikuti oleh Muslim di Inggris,” tambah Hasan.
Tetapi, pernyataan Hasan ini banyak dikritik melalui media sosial. Akun atas nama @AbdulAnsar01 menyebut, “Mengejutkan. Usama Hasan menyerukan waktu Ramadan diperpendek.”
Sementara Jamal Osman, wartawan dan pembuat film asal Afrika yang tinggal di Inggris, menulis, “Aneh! Intinya puasa atau tidak.”
“Siapa yang bertanggung jawab untuk mengurangi waktu puasa. Tidak hanya di Inggris yang berpuasa 18 jam, di semua tempat juga,” timpal Hambdullah Baycan.(net)