Nurdin Basirun Gubernur Saya
Oleh: Oktavio Bintana, Penggagas Gerakan Sejuta Melayu (GSM)
Catatan ini sebenarnya dibuat terlintas seketika saya sedang mempersiapkan
tulisan dengan judul “Jangan Lupakan Sejarah” untuk dibukukan. Insya Alllah jika
tak ada halangan dalam waktu dekat ini segera terbit.
Geli bercampur geram dan kesal. Coba bayangkan, apa jadinya jika disatukan dalam
hati kita. Tentunya perasaan tidak enak atau tidak nyaman akan timbul yang
akhirnya kita telan bulat-bulat sendiri walaupun terasa pahit. Kalaulah ianya
seperti buah-buahan, dicampur tentu akan menjadi rujak yang nyaman dan enak.
Mungkin juga sama penilaiannya bagi siapapun yang menelan atau memakannya.
Kalimat diatas merupakan perumpamaan saya setelah membaca berita di salah satu
media online yang ada di Kepulauan Riau. Membaca adalah kebiasaan saya begitu
bangun tidur dan bukannya mandi tapi langsung cari koran dan juga browsing
internet untuk melihat dunia luar. Lalu saya menyimak tentang berita pelantikan
mendadak eselon II, III dan IV di lingkungan Pemprov Kepri pada hari Senin
tanggal 7 November 2016 di Dompak.
Ada salah satu berita yang isinya soal permintaan maaf Gubernur Kepri, Nurdin
Basirun. Saya kutip secara utuh, begini bunyinya; “Saya mohon maaf karena ada
yang tidak pas, tidak senang dan tidak cocok. Saya mohon maaf yang sebesar-
besarnya pada teman dan handai tolan semuanya,” ungkap Nurdin saat berpidato di
depan ratusan pejabat dan pegawai yang dilantik. Begitu kutipan
batam.tribunnews.com 7 November 2016.
Sejenak saya tertegun. Loh? Lucu sekali. Kok gaya kepemimpinan gubernur saya
malah minta maaf dalam memberi jabatan? Padahal seharusnya, merekalah para
pejabat yang dilantik berterimakasih, saya menggumam dalam hati sambil senyum-
senyum.
Teringat pula bahasa “Gubernur saya”. Istilah yang saya tuliskan disini
sebenarnya adalah ketika saya dan Ramon Damora saling bercanda. Saya mengatakan
bahwa Nurdin Basirun itu gubenur saya. Lalu dia menyeletuk seperti tak mau kalah
menyebutkan “Datok Rida K Liamsi itu Bos saya loh”. Kami tertawa bersama ketika
jumpa di Graha Pena, kantor Batam Pos, belum lama ini. Ramon Damora merupakan
sahabat saya yang juga Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kepri, dan ia
mengklaim dialah ketua termuda.
Kembali ke pernyataan gubernur saya tentang permintaan maaf dalam kata sambutan
di pelantikan tersebut. Saya merenung dan kembali kehari-hari sebelumnya, dimana
Pemerintah Provinsi Kepri telah melaksanakan assessmen, uji kompetensi dan
wawancara kepada setiap pejabat. Katanya, hal itu dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan dan kecakapan pejabat sekiranya nanti diminta membantu
gubernur saya itu untuk bekerjasama memajukan Kepri dan mensejahterakan
rakyatnya. Sepanjang proses diatas, tentulah, gubernur saya sudah memberi
penilaian kepada masing-masing pejabat tersebut sebelum tiba hari pelantikan.
Idealnya begitu menurut saya.
Namun akhirnya saya mengambil kesimpulan, untuk apa guna semua proses yang telah
dilaksanakan oleh Pemprov Kepri terhadap para pejabat tersebut? Seharusnya
Nurdin Basirun sudah yakin-seyakinnya dengan keputusan yang telah dikeluarkannya
secara resmi dan diatur dalam UU ASN.
Kalau tidak yakin, kenapa dipaksakan pelantikan secara mendadak tanpa ada
pemberitahuan sama sekali terhadap para pejabat yang akan dilantik? Dan mereka
juga tidak tahu sama sekali dimana atau pada posisi apa mereka ditempatkan untuk
membaktikan diri kepada rakyat Kepri melalui pekerjaan mereka?
Perlu Gubernur saya, Nurdin Basirun ketahui. Jauh sebelum ini, ketika masyarakat
Kepri menentukan pilihan pada Pilgub yang belum sampai satu tahun lalu, yang
ketika itu Nurdin Basirun berpasangan dengan Almarhum H M Sani sebagai gubernur,
bahwa saya dan juga masyarakat lainnya yang ada di Kepri yakin sekali dengan apa
yang kami pilih.
Kami tidak pernah sedikitpun ragu-ragu dalam memberikan suara. Dan tidak akan
pernah meminta maaf jika ternyata kami salah memilih. Tetapi sebaliknya, Bapak
Gubenurlah yang harus berterimakasih kepada kami. Dan saya, jika ternyata salah
dalam menentukan pilihan, saya akan meminta maaf dan petunjuk dari Allah SWT.
Saya dan masyarakat Kepri tidak mau dan tidak rela jika pemimpin kami dalam
memimpin Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dianggap seperti badut. Ditertawakan
dalam setiap mengambil keputusan yang sangat vital untuk kepentingan masyarakat.
Saya yakin sekali, Gubernur Saya yang hari ini dikelilingi orang-orang pintar
sesuai keahliannya, adalah untuk memberikan masukan-masukan secara baik dan
membangun demi kepentingan rakyat dan kemajuan Kepri secara menyeluruh.