Advertorial

Tudung Manto, Momen Cantik yang Menginspirasi

×

Tudung Manto, Momen Cantik yang Menginspirasi

Sebarkan artikel ini
Persatuan istri DPRD Kabupaten Lingga saat mempromosikan Tudung Manto di MTQ IX Kabupaten Lingga Tahun 2022. Foto (Istimewa)

DELTAKEPRI.CO.ID, LINGGA – Penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-IX Tingkat Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau pada Maret 2022 lalu disambut meriah dengan berbagai kegiatan. Bahkan yang berbeda dari biasanya, itu saat para istri Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Lingga, tampil seragam mengenakan Tudung Manto.

Ketua Persatuan Istri Dewan (Piswan) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Lingga, Lina Nashiruddin pun mengungkapkan alasan tersebut. Pihaknya mengaku hal itu dilakukan bertujuan untuk mempromosikan keelokan dari Tudung Manto kepada masyarakat, khususnya generasi muda kaum perempuan.

“Diharapkan dapat mempromosikan dan memperlihatkan kepada anak muda penerus agar dapat turut serta mengembangkan dan bangga terhadap Tudung Manto,” kata istri dari Ketua DPRD Lingga Ahmad Nashiruddin, dalam keterangan tertulisnya, Senin (11/4/2022) kemarin.

Penampilam menawan yang dipersembahkan sejumlah wanita saat menggenakan Tudung Manto. Foto (istimewa)

Tudung Manto sendiri merupakan kelengkapan pakaian bagi perempuan melayu Lingga, yang digunakan untuk menutupi kepala. Tudung Manto juga biasanya dipakai saat hari-hari tertentu atau waktu tertentu, seperti kegiatan-kegiatan adat dan budaya.

Masyarakat Melayu Daik Lingga telah mengenal Tudung Manto ini sejak tahun 1755 dengan berkembangnya pengetahuan serta keterampilan bertenun di berbagai daerah seperti Kampung Mentok, Siak, Sepincan, Tanda, dan Gelam.

Pada masa itu, disebutkan bahwa perempuan disana telah membuat kain tenun yang disebut juga kain Telepok, kain Cindai, mastuli, cekal dan gramsut. Selain itu juga terdapat kerajinan tekatan membuat Tudung Manto, tampok, bantal gadok, tampok bantal empet, tampok bantal teluk buaya dan pengait bambu.

Dan tentu saja saat ini Tudung Manto masih tetap produksi dan terus dikembangkan. Lina berharap keberadaan Tudung Manto ini tidak hanya sebatas dilestarikan, namun juga harus dapat berdampak pada kehidupan sosial dan perekonomian bagi masyarakat maupun pemerintah daerah.

“Dengan ikut andil dalam pelestarian Tudung Manto, tentunya kita berharap kelestarian ini dapat lebih maju dan bisa merambah ke luar daerah,” imbuhnya.

Persatuan Istri Dewan (Piswan) menurut Lina sepakat, jika Tudung Manto yang telah mengantongi sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dari Kementerian Hukum dan HAM, harus benar-benar dilestarikan dan dikembangkan hingga berdampak positif pada perekonomian masyarakat.

Untuk itu, kata dia, mereka mengajak seluruh elemen masyarakat khususnya kaum perempuan, terutama generasi muda untuk dapat menjaga dan melestarikan serta bersama-sama mempromosikan Tudung Manto ke daerah luar bahkan ke taraf nasional dan internasional.

Seperti upaya yang tengah digalakkan pemerintah daerah dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Lingga, saat menggelar pelatihan bagi pengrajin tenun Tudung Manto selama dua pekan, yang dilaksanakan di Gedung Lembaga Adat Melayu (LAM) Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau.

Menurut para istri anggota DPRD Lingga itu, upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan Dekranasda tersebut bertujuan untuk melestarikan Tudung Manto dengan melahirkan pengrajin tenun Tudung Manto.

“Tentunya dengan semakin banyak pengrajin tenun Tudung Manto maka produksi Tudung Manto itu sendiri akan banyak dan memiliki stok. Tudung Manto banyak diminati oleh wisatawan yang datang ke Lingga. Dan itu salah satunya dapat meningkatkan perekonomian khususnya para pengrajin Tudung Manto,” kata Lina.

Seperti diketahui, Bupati Lingga berharap dengan dilaksanakan pelatihan pengrajin Tudung Manto yang digelar oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Lingga bersama Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Lingga menargetkan di tahun 2022 lahir sebanyak 100 orang pengrajin tenun Tudung Manto.

Lina Nashiruddin juga mengungkapkan jika dirinya bersama istri anggota DPRD Kabupaten Lingga lainnya sangat mendukung dan berupaya melestarikan serta mempromosikan Tudung Manto.

Ia menceritakan salah satu upaya yang dilakukannya yakni ketika mengikuti kegiatan Festival Tutup Kepala Perempuan Nusantara, dikesempatan itu kata Lina Nashiruddin, ia memperkenalkan apa itu Tudung Manto, mulai dari history, cara pakai dan proses pembuatan Tudung Manto dan sebagainya tentang Tudung Manto.

Upaya-upaya promosi demikian, lanjut Lina harus terus digalakkan yang tujuannya agar Tudung Manto terkenal seantero negeri ini bahkan sampai ke luar negeri dan Tudung Manto dapat menjadi bagian lain dari pendukung perekonomian masyarakat dan pemerintah daerah Kabupaten Lingga.

Lebih jauh Lina Nashiruddin bercerita, Tudung Manto memiliki ciri yang khas dan sangat melekat dengan budaya melayu Lingga. Dalam pembuatannya, untuk dapat menghasilkan satu helai Tudung Manto memerlukan keterampilan, kesabaran dan ketelitian serta membutuhkan waktu yang tidak singkat.

“Ibu Syarifah Puspawati Agusmarli merupakan salah satu pengrajin Tudung Manto, beliau telah memproduksi beberapa Tudung Manto,” ungkap Lina Nashiruddin.

Persatuan Istri Dewan (Piswan) DPRD Lingga mengaku sangat mendukung program pemerintah daerah dalam melestarikan Tudong Mantu dalam setiap kegiatan atau even – even yang di selenggarakan baik oleh Kabupaten maupun provinsi, dengan demikian diharapkan Tudong Manto bisa lebih dikenal oleh masyarakat baik lokal maupun mancanegara.

Sehingga bisa menjadi salah satu produk unggulan untuk dipromosikan kepada daerah lainnya sebagai salah satu produk lokal yg sangat cocok untuk dijadikan sebagai buah tangan ataupun souvenir bagi yang berkunjung ke kabupaten Lingga.

“Kami juga berpartisipasi dalam mempromosikan tudong Manto sebagai salah satu produk unggulan dari kabupaten Lingga. Dengan semakin dikenalnya Tudung Manto ini maka tentu akan mampu menyumbangkan PAD bagi kabupaten Lingga melalui pengrajin-pengrajin yang memproduksi Tudong Manto,” kata Lina Nashiruddin.

“Untuk itu mari bersama jadikan pemakaian Tudong Manto menjadi identitas wanita melayu khususnya Kabupaten Lingga. Bangga memakai dan memperkenalkan produk lokal kebanggaan Kabupaten Lingga. Bertudong Manto Berkain dagang itulah perempuan Melayu,” tambahnya.

Diketahui belum lama ini pada pembukaan pelatihan Tudung Manto, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Lingga, Marathusholiha mengungkapkan, pelatihan yang dilaksanakan selain dalam upaya mendukung pelestarian Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2015 lalu juga untuk meningkatkan jumlah prosuksi Tudung Manto.

Kegiatan ini juga difungsikan untuk memotivasi masyarakat guna mempertahankan maupun mencintai produk lokal yang merupakan khazanah kebudayaan Melayu. Selain itu, pelatihan pembuatan Tudung Manto juga dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan.

“Kita harus serius dan fokus dalam mempertahankan dan melestarikan warisan budaya asli Kabupaten Lingga ini, agar lebih bisa dikenal lebih luas oleh masyarakat luar. Jangan sampai warisan ini tenggelam, dan pada akhirnya diambil daerah lain,” tegas Marathusholiha, yang merupakan istri dari Bupati Lingga Muhammad Nizar.

Sebagaimana diketahui, Tudung Manto telah mendapatkan HAKI, sejak 2010 dengan pengakuan secara perorangan atau pribadi. Dan seiringnya waktu berjalan pada tahun 2021, Hak Cipta atas Tudung Manto kini melekat pada pemerintah Kabupaten Lingga. Penghargaan tersebut diberikan dalam rangka perlindungan Pengetahuan Tradisonal berdasarkan Undang-undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta.

“Saya mengajak untuk mewariskan keterampilan menekat Tudung Manto, dengan cara melakukan perekrutan generasi muda, demi melestarikan khazanah bangsa Melayu,” kata Marathusholiha.

Senada dengan yang disampaikan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Lingga. Muhammad Nizar selaku Bupati Lingga juga terus mendorong dan memberikan dukungan terkait melestarikan dan mempromosikan serta meningkatkan produksi kerajinan tangan penutup kepala Tudung Manto.

Menurut Bupati Lingga Muhammad Nizar, sebelum diadakan pelatihan pengrajin Tudung Manto, ia mencatat hanya terdapat 20 orang pengrajin Tudung Manto. Hal itu diungkapkan Bupati Lingga Muhammad Nizar pada 13 November 2021 saat membuka secara resmi kegiatan Fashion Show Tudung Manto yang ditaja oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga, di Taman Tanjung Buton, Daik Lingga.

“Saat ini hanya tersisa 20 pengrajin, dan untuk kedepannya harus mendapat penambahan jumlah pengrajin, untuk peningkatan jumlah produksinya,” kata Bupati Lingga Muhammad Nizar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *