Delta Kepri – Vaksin MR penting bagi tumbuh kembang anak. Hal ini telah disampaikan melalui Rapat Evaluasi terkait pelaksanaan imunisasi MR yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkesdalduk KB) Kota Tanjungpinang, Rabu (29/8).
Kepala Dinkesdalduk KB Kota Tanjungpinang Rustam menjelaskan virus campak dan rubella tidak hanya menyebabkan penyakit campak dan rubella, akan tetapi juga menyebabkan cacat hingga kematian sebagaimana penyakit berbahaya lainnya.
Komplikasi akibat campak yang sering menyebabkan kematian antara lain adalah pneumonie, diare dan encephalitis.
“Bila ibu hamil khususnya saat trimester pertama kena rubella, bagi Ibunya mungkin tidak menyebabkan kesakitan yang berat tetapi berpotensi besar menyebabkan kecacatan pada bayi yang akan dilahirkan, bisa berupa kebocoran jantung, kebutaan, ketulian,” ujar Rustam.
Untuk mencegah semua itu, menurut Rustam, imunisasi MR adalah alternatif pencegahan yang paling cost effective. Murah, tetapi tepat guna.
Berdasarkan data yang diambil dari Kementerian Kesehatan RI, Indonesia merupakan salah satu negara dengan kasus campak terbanyak di dunia.
Namun, sejak tahun 2000, lebih dari 1 miliar anak di negara-negara berisiko tinggi telah diimunisasi, sehingga pada tahun 2012 kematian akibat campak mengalami penurunan sebesar 78%.
Hal ini menunjukkan bahwa imunisasi dapat dilakukan dengan tujuan mencegah penyakit campak dan menghindari komplikasinya.
Selain campak, Rustam juga menambahkan rubella juga merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat Indonesia yang memerlukan pencegahan yang efektif.
“Data pengawasan kementerian kesehatan RI selama 5 tahun terakhir menunjukkan 70% kasus rubella terjadi pada kelompok usia di bawah 15 tahun,” Ungkapnya.
Melihat tingginya angka kejadian campak dan rubella, maka Pemerintah Indonesia berupaya melakukan pencegahan imunisasi measles-rubella (MR) alias campak rubella.
Imunisasi MR dapat diberikan untuk semua anak usia 9 bulan sampai dengan usia kurang dari 15 tahun.
“Upaya ini dapat memutuskan transmisi penularan virus campak dan rubella secara cepat, tanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Hingga saat ini tidak ada pengobatan untuk penyakit campak dan rubella, namun penyakit ini dapat dicegah. Salah satunya dengan vaksin MR yang dapat mencegah kedua penyakit ini dengan baik,” tambahnya.
Rustam berulang kali menegaskan pentingnya imunisasi measles dan rubella (MR). Imunisasi ini dapat memberikan perlindungan berupa kekebalan tubuh dari dua penyakit berbahaya tersebut.
“Campak bisa berdampak hingga kematian. Sedangkan Rubella bisa menyebabkan kelainan pada anak dan tidak bisa kita obati. Kita tidak bisa matikan virus yang sudah masuk ke dalam tubuh. Baik anak laki-laki maupun perempuan bisa terkena rubella,” tegasnya.
Penyakit rubella mudah menular, namun yang menjadi perhatian dalam kesehatan masyarakat adalah efek teratogenik jika rubella menyerang wanita hamil terutama pada awal kehamilan.
Infeksi rubella pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran atau kecacatan permanen pada bayi yang dilahirkan atau congenital rubella syndrome (CRS).
”Kalau kebetulan anak yang sakit rubella ini dekat dengan ibu hamil, apalagi terkenanya di trimester pertama atau saat janin terbentuk, gejalanya juga tidak spesifik. Mungkin hanya demam ringan, padahal itu rubella, anak yang dikandungnya bisa terlahir dengan kecacatan,” ujarnya.
Rubella dapat menyebabkan ketulian, gangguan penglihatan, kebutaan, hingga kelainan jantung. Sedangkan pada bayi lahir dapat menyebabkan katarak.
”Dampak dari rubella ini sangat luar biasa. Saya kira kita harus memikirkan dampak dan akibat yang terkena apabila kita menolak imunisasi,” tuturnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan pada saat pelaksanaan imunisasi MR di Kota Tanjungpinang terjadi beberapa penolakan dengan jumlah yang cukup signifikan. Ditambah lagi dengan kabar yang beredar terkait status haram yang dikeluarkan oleh MUI.
“Coba cermati kembali fatwa MUI terkait vaksin MR ini. Pada poin ketiga, disebutkan vaksinasi MR dibolehkan karena kondisi keterpaksaan (darurat syar’iyyah). Sampai saat ini belum ditemukan vaksin MR yang halal dan suci. Ada keterangan dari ahli yang kompeten dan dipercaya tentang bahaya yang ditimbulkan akibat tidak diimunisasi dan belum adanya vaksin yang halal,” paparnya.
Sebelumnya, MUI Kepri juga telah menandatangani kesepakatan bersama Dinkes Provinsi Kepri untuk menghimbau para orang tua yang memiliki anak berusia 9 bulan sampai 15 tahun agar mendukung dan mensukseskan imunisasi MR ini.
Merujuk dari data yang diperoleh, terdapat beberapa negara-negara Islam yang sudah sejak lama menggunakan vaksin MR, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Yaman, Pakistan, Irak, Mesir dan lainnya.
“Negara tetangga kita saja, Malaysia sudah sejak tahun 1980 sudah melakukan imunisasi MR. Sedangkan di Indonesia baru tahun 2018 ini dilakukan untuk daerah di luar Pulau Jawa,” terangnya.
Perlu diketahui, sampai saat ini capaian yang sudah divaksin sebesar 46,29% dari 56. 031 anak sedangkan capaian nasional 54%.
Capaian imunisasi MR di Kota Tanjungpinang ini dianggap belum maksimal walaupun dibanding kabupaten /Kota lainnya di Provinsi masih merupakan yang tertinggi.
“Bagi kita memang rendah tingkat partisipasinya, tapi dibandingkan dengan kabupaten dan kota lainnya di Kepri, kita cukup tinggi,” ungkap dr Hj Susi Pitriana, Kabid P2P Dinkesdalduk Kota Tanjungpinang.
Diani Yulitasari, perwakilan Kementerian Kesehatan menyatakan salut kepada petugas yang sudah turun kelapangan.
Diani juga memberikan apresiasi kepada Kota Tanjungpinang yang tetap konsisten dalam melaksanakan tugas memberikan vaksin MR meski banyak rintangan yang dihadapi.
“Saya salut dengan Tanjungpinang karena sudah melibatkan seluruh stakeholder lintas sektoral. Dinas kesehatannya tidak bekerja sendiri. Hasil tidak menjadi masalah, yang penting secara perlahan kita telah memberikan pemahaman kepada masyarakat,” ungkapnya.
Ia juga mengatakan, meski adanya penolakan dari berbagai pihak baik sekolah maupun orang tua siswa, Diani berharap jangan sampai ada Kejadian Luar Biasa (KLB) yang terjadi di Kota Tanjungpinang.
“Melihat kondisi geografis Tanjungpinang yang berdekatan dengan negara yang sudah lebih dulu melakukan vaksin MR, jangan sampai terjadi penularan yang diakibatkan oleh negara kita. Untuk itu, mari terus galakkan dan pantang mundur agar anak-anak kita selalu sehat serta bebas MR,” pungkasnya.
Rapat ini dihadiri oleh seluruh stakeholder dan instansi terkait seperti Dinas Pendidikan, RSUD, RSAL, RSUP Raja Ahmad Tabib, Perwakilan Camat dan Lurah serta seluruh Kepala Puskesmas se-Kota Tanjungpinang,
Turut hadir juga perwakilan dari Kemenag, Ikatan Guru Paud, TK dan raudhatul aftal, KKP Tanjungpinang, Polres Tanjungpinang dan RSAL (Hms/Fakhri)