Tanjungpinang

Pelantar II Tanjungpinang Banjir, Pedagang Sebut Tahun Ini Lebih Parah

×

Pelantar II Tanjungpinang Banjir, Pedagang Sebut Tahun Ini Lebih Parah

Sebarkan artikel ini
Banjir rob di Pelantar II Tanjungpinang mulai terjadi sejak pukul 07.00 WIB dan hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda surut, Selasa (14/1/2025)/f-dk

TANJUNGPINANG, deltakepri.co.id — Curah hujan yang mengguyur Tanjungpinang sejak beberapa hari terakhir telah menyebabkan sejumlah wilayah mengalami banjir.

Salah satu wilayah terdampak adalah kawasan Pelantar II Tanjungpinang. Hujan deras yang bertepatan dengan pasang air laut menyebabkan banjir rob di kawasan tersebut. Banjir rob ini menjadi permasalahan rutin setiap kali air laut pasang.

Banjir rob di Pelantar II mulai terjadi sejak pukul 07.00 WIB dan hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda surut. Akibatnya, aktivitas warga terganggu.

Sejumlah pedagang tidak bisa berjualan, dan kendaraan yang melintas harus mencari jalur alternatif karena ketinggian air yang menghambat akses di kawasan tersebut.

Joni, salah seorang pedagang setempat, mengungkapkan bahwa banjir rob kali ini lebih parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Dulu biasanya hanya mencapai selutut orang dewasa, tapi sekarang makin tinggi kalau turun hujan. Kondisinya jadi lebih parah lagi,” ujar Joni, Selasa (14/1/2025).

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan potensi banjir rob yang berlaku pada 12–18 Januari 2025.

Menurut Prakirawan BMKG Batam, Riza Juniarti, banjir rob ini disebabkan oleh fase perigee yang terjadi pada 7 Januari 2025 lalu, yang meningkatkan ketinggian pasang air laut maksimum.

“Hal ini berpotensi meningkatkan ketinggian pasang air laut maksimum dan dapat mengakibatkan banjir,” tulis Riza dalam surat peringatan.

Kepala Stasiun BMKG Tanjungpinang, Ahmad Kosasih, juga menegaskan bahwa wilayah terdampak meliputi Kecamatan Tanjungpinang Barat, Tanjungpinang Kota, Bukit Bestari, Bintan Utara, Teluk Sebong, dan Bintan Timur.

Kosasih menjelaskan bahwa cuaca ekstrem ini dipengaruhi oleh pola siklonik di wilayah Kalimantan yang membentuk belokan angin (shearline) di Kepulauan Riau.

Selain itu, gangguan Gelombang Rossby Ekuator juga memicu pertumbuhan awan konvektif yang berpotensi menimbulkan hujan deras.

“Masyarakat perlu tetap waspada, terutama saat terjadi hujan lebat disertai petir dan angin kencang. Nelayan dan pengguna transportasi laut juga diimbau berhati-hati terhadap gelombang tinggi yang berbahaya,” ujar Kosasih. (DK)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *