Delta Kepri – Sebagian imigran asal Timur Tengah dan Afrika yang tiba di Eropa menyatakan beralih keyakinan dan memeluk agama baru. Fenomena ini menjadi sorotan terutama setelah beberapa negara menyatakan hanya akan menerima pengungsi yang memeluk agama tertentu.
Mohammed Ali Zonoobi, seorang tukang kayu asal Shiraz, Iran menyatakan telah berpindah keyakinan setelah tiba di Jerman lima bulan lalu bersama keluarganya. Dia dan istrinya Afsaneh–kini dipanggil dengan nama Katarina–adalah dua di antara ratusan pengungsi di Jerman yang berpindah agama menjadi penganut Kristen.
Mohammed yang kini bernama Martin membenarkan bahwa menjadi penganut Kristen memperbesar peluang mereka untuk tetap tinggal di negeri itu. Akan tetapi, dia menyatakan bukan hal itu yang mendorongnya untuk berpindah agama, melainkan kepercayaannya terhadap ajaran yang kini dia anut.
“Saya tahu, lagi dan lagi, orang-orang datang kemari karena mereka memiliki harapan akan suaka mereka,” kata Martin sebagaimana dilansir Associated Press, Kamis (10/9/2015).
“Saya mengundang mereka untuk bergabung dengan kami karena saya tahu siapa pun yang datang ke sini pasti berubah,” lanjutnya.
Mengenai fenomena ini, Kanselir Jerman Angela Merkel turut angkat bicara dengan menekankan bahwa hanya menjadi seorang penganut Kristen tidak membuat permohonan suaka otomatis diterima. Merkel menambahkan bahwa agama Islam juga merupakan bagian dari Jerman.
Memang tidak akan ada yang mengakui secara terbuka bahwa mereka berpindah agama demi mencari suaka. Jika mereka ketahuan melakukan perbuatan itu, maka permohonan suaka mereka akan ditolak dan mereka akan dipulangkan ke negara asalnya.
Namun, yang perlu diingat adalah sebagian dari pengungsi merupakan warga Iran dan Afghanistan di mana berpindah agama dapat dikenakan hukuman mati dan ada kemungkinan mereka memang ingin berpindah agama karena keyakinan sendiri.
Sorotan mengenai fenomena ini tidak bisa dilepaskan dari sikap beberapa negara Eropa yang menyatakan lebih memilih pengungsi yang beragama Kristen untuk diizinkan tinggal di negara mereka. Negara seperti Slovakia dan Republik Ceko secara terus terang menyatakan sikap mereka tersebut, meskipun mendapat kecaman dari negara Eropa lainnya. (net)