BINTAN, deltakepri.co.id – Ketua Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Bintan Syukur Harianto prihatin dengan kondisi nelayan yang tidak memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Hal tersebut, kata dia, membuat lara nelayan menjadi kebingungan menjual hasil tangkapannya setelah pulang melaut.
Dengan belum adanya, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) menjadikan para nelayan saat ini menjual hasil tangkapnya kepada Toke atau Tengkulak Ikan.
“Untuk saat ini belum ada, sebenarnya jika Bintan memiliki TPI, tentu bisa membuat harga ikan menjadi teratur dan stabil,” jelas Syukur.
Para nelayan juga bisa lebih menjadi sejahtera, karena ada tempat TPI dan para nelayan bisa dihargai dengan pantas.
“Jika ada TPI, pasti tidak ada lagi istilah ikan banjir dan harga murah, tidak ada perselisihan harga yang dikeluarkan oleh toke kepada teman – teman nelayan,” ujarnya.
Menurutnya harga ikan masih dikendalikan oleh toke, dengan harga yang kurang pas kepada para teman – teman nelayan.
“Sekarang masih suka suka toke membeli ikan kepada kawan kawan nelayan. Jika tidak mau dibeli ya tidak apa apa. Jadi kasihan ke nelayan kita,”, terangnya.
Lanjutnya, jika adanya tempat pelelangan ikan ini, nantinya kawan kawan nelayan bisa terhindar dari para mafia perdagangan gelap.
“Sangat berpengaruh dengan mafia mafia perdagangan gelap. Bisa menghindari pelabuhan tidak resmi (tikus), dan juga kontrol pemerintah terhadap ikan jadi lebih kongkrit dan jelas,” ucapnya.
Saat ini dirinya tidak mempunyai data, menurutnya, untuk contoh saja, seperti ikan karang ditangkapnya setahun berapa ton.
“Tidak ada data seperti itu saat ini, setahun ikan karang berapa ton ditangkap, lantaran kita tidak bisa melacak dan juga tidak mungkin kita memasuki pelabuhan pelabuhan ikan yang ada untuk mendata,” jelasnya.
Saat ini juga masih banyak ditemukannya nelayan Bintan yang takut pulang melaut lantaran banyak dapat ikan.
“Jadi dengan adanya TPI ini, saya pikir nelayan kita tidak lagi takut pulang melaut karena banyak ikan, karena sudah ada tempat pelelangannya,” pungkasnya.
“Nelayan kita pergi melaut sekarang susah karena tidak ada minyak. Pulangnya pun takut dapat ikan banyak lantaran ketika dijual alasannya ikan banjir dan tidak bisa mendapatkan harga yang pas untuk para nelayan,” cetus Syukur mengakhiri. (Yuli)