BINTAN, deltakepri.co.id – Dinas Kesehatan (Dinkes) Bintan mencatat jumlah warga Bintan yang positif terkena HIV/AIDS 75 persen adalah laki – laki, Selasa (17/12/2024).
Kepala Dinkes Bintan, Retno Riswati, mengatakan 48 warga Bintan yang positif HIV/AIDS itu 36 diantaranya laki-laki dan 12 perempuan.
“Penderita HIV/AIDS itu di dominasi kelompok usia produktif mulai dari usia 25 tahun,” ujar Retno.
Adapun penderita HIV/AIDS itu berasal dari Tanjung Uban 6 orang, Kijang 3 orang, Kuala Sempang 3 orang, Sei Lekop 3 orang, Toapaya 3 orang, Teluk Sebong 2 orang, Berakit 1 orang, dan Teluk Sasah 1 orang.
Terus ada pasien yang diperiksa kesehatan di rumah sakit dan didapati mengidap HIV/AIDS. Yaitu di RSUD Bintan didapati 13 orang dan di RSJKO EHD Busung 13 orang.
“Kalau dibandingkan tahun sebelumnya naik 38 persen di tahun ini kasusnya. Tahun lalu 30 kasus dan tahun ini 48 kasus,” jelasnya.
Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Bintan meningkat dikarenakan hubungan seksual bebas atau berganti-ganti pasangan.
Seperti berhubungan seks dengan wanita pekerja seks. Lalu laki-laki penyuka laki-laki, atau berhubungan seksual dengan penderita ODHIV.
“Upaya menekan kasus HIV/AIDS ini tidak hanya tugas Dinkes Bintan saja. Tetapi butuh komitmen bersama agar dapat mengurangi penularan baru dan menurunkan angka kematian akibat penyakit ini,” katanya.
Berbagai langkah telah dilakukannya dalam menekan kasus HIV/AIDS diantaranya melakukan promosi kesehatan kepada masyarakat terkait pencegahan HIV/AIDS.
Kemudian meningkatkan penemuan kasus secara dini dengan cara mobile VCT, scrining bumil, bekerja sama dengan BKK, LSM kompak, program TB dan rumah sakit. Itu dilakukan di wilayah kerja puskesmas se-Kabupaten Bintan.
Lalu meningkatkan cakupan pemberian ARV serta perawatan pasien dan melakukan pemeriksaan VL (Viral Loud) Terhadap ODHIV 6 bulan sekali.
“Terus meningkatkan perluasan layanan Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan HIV (PDP) di puskesmas untuk lebih memudahkan pasien ODHIV mengambil ARV,” ucapnya.
Retno menambahkan bahwa pihaknya akan terus mengedukasi dan sosialisasi kepada seluruh lapisan masyarakat terkait HIV/AIDS. Hal ini perlu dilakukan untuk menghilangkan stigma dan kesalahpahaman yang ada.
Salah satunya HIV/AIDS hanya menular melalui cara cara tertentu bukan melalui interaksi sosial biasa. Pemahaman yang benar akan membantu menciptakan lingkungan yang inklusif.
“Mari kita bersama mendukung dan mengkampanyekan perilaku hidup yg positif guna mencegah penularan HIV/AIDS,” tutupnya.(Yuli)