AdvertorialKepriKesehatan

Dinkes Kepri Paparkan Pencegahan Stunting Dengan Metode ABCD

×

Dinkes Kepri Paparkan Pencegahan Stunting Dengan Metode ABCD

Sebarkan artikel ini
Poster pencegahan Stunting Dengan Metode

Deltakepri.co.id|Tanjungpinang – Stunting yang merupakan keadaan gagal tumbuh dan kembang, gagal pertumbuhan Tinggi Badan tidak tercapai sesuai dengan anak seusianya (-2 SD Median). Gagal kembang ditandai dengan kecerdasan intelektual dan emosional tidak tercapai.

Hal tersebut dipaparkan oleh, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kabid Kesmas) Dinas Kesehatan Provinsi Kepri, Susilo Budi Hartanto.

Ia mengatakan, ciri ciri stunting antara lain tinggi badan lebih pendek dari seusianya, anak menjadi lebih pendiam dan apatis, tidak banyak melakukan eye contact, IQ nya rendah, pertumbuhan melambat tanda pubertasnya juga melambat, wajah tampak lebih muda dari usianya dan pertumbuhan gigi terlambat.

“Tidak hanya itu, dampak stunting selain pendek, anak stunting akan mudah terkena penyakit metabolik. Dan juga beresiko terkena penyakit kelainan metabolik seperti obes dan beresiko 4 kali kematian,” ujar Susilo, Selasa (7/3/2023).

Menurut Susilo, penyebab stunting tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita, tetapi stunting juga disebabkan oleh faktor multi dimensi.

“Penyebab stunting dikarenakan Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum, pada masa kehamilan dan setelah melahirkan,” ucapnya.

Selain itu, lanjutnya masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC (ante natal care) atau pelayanan kesehatan ibu selama masa kehamilan, post natal care atau pelayanan setelah melahirkan dan pembelajaran dini yang berkualitas.

“Masih kurangnya akses rumah tangga atau keluarga pada makanan bergizi, dan kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.

Sulit untuk merevesible dengan stimulasi yang bagus di berikan cinta dan kasih sayang memadai insya allah bisa mengatasi. Jadi orang tua tidak hanya berpikiran anak hanya butuh makan saja akan tetapi butuh kasih sayang dan stimulus,” jelasnya.

Berikut Tips meminimalisir potensi stunting pada anak, diantaranya adalah:

1. Aktif minum Tablet Tambah Darah (TTD)
2. Bumil teratur periksa kehamilan minimal 6 kali
3. Cukupi konsumsi protein hewani
4. Datang ke Posyandu setiap bulan
5. Eksklusif ASI 6 bulan
6. Tetap terapkan perilaku hidup bersih dan sehat

Susilo melanjutkan, cara menyembuhkan anak stunting dengan pengaturan makan anak stunting memberikan cinta lebih banyak dan stimulasi yang lebih sering.

“Akan tetapi apabila anak didetaksi sejak dini menderita stunting misal panjang badan lahir kurang dari 48 cm, dengan penanganan dari segi sensitif dan spesifik akan dapat di sembuhkan. Penyembuhan balita stunting akan lebih berhasil apabila pencegahan dilakukan di hulu dengan sasaran remaja putri, ibu hamil dan calon pengantin,”ucapnya.

Susilo juga mengatakan, data SSGI (Survei Status Gizi Indonesia) tahun 2022 prevalensi stunting di Kepulauan Riau sebesar 15,4persen dengan prevalensi tertinggi di Kabupaten Lingga 18,9persen. Kepulauan Riau merupakan Provinsi dengan prevalensi terendah nomor 4 se Indonesia.

“Data e-PPGBM (elektronik pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat) pengukuran bulan agustus 2022 di dapatkan bahwa terdapat 4595 balita stunting dari 109319 balita di ukur (4,2persen)”, terangnya.

Selain itu, kata Susilo, angka stunting di Kabupaten Karimun juga menunjukkan penurunan yaitu dari 17,6 persen pada tahun 2021 menjadi 13,3persen pada tahun 2022.
Meskipun terjadi penurunan stunting di Provinsi Kepulauan namun apabila dilihat dari kejadian stunting menurut kelompok umur di Provinsi Kepulauan Riau terjadi peningkatan kejadian stunting sebanyak 1,3 kali pada bayi usia 0 bulan dan 3,4 kali pada bayi usia 0-6 bulan.

Menurut, Susilo masih terdapatnya balita stunting di Provinsi Kepulauan Riau dikarenakan tingginya prevalensi wasting yaitu, 4,5 persen, dan masih rendahnya ASI eksklusif (69,6persen), masih terdapat bayi lahir tidak melakukan IMD (14persen), BBLR (1044 bayi lahir BBLR) Bumil Anemia 9,1persen Bumil KEK 4,5persen Rendahnya kepatuhan Rematri minum TTD 33,3persen Masih terdapat Bumil yang tidak minum TTD (9,4persen). Masih terdapat penduduk yang belum terakses air bersih (12,2 persen)
Belum semua Rumah tangga / KK yang terakses sanitasi layak (12,2 persen)
PMBA (Pemberian Makan Bayi dan Anak) yang belum 4 bintang (mengandung sumber Karbohidrat, sumber protein hewani, sumber protein nabati dan sumber vitamin serta mineral buah dan sayuran)

“Pemerintah bersama masyarakat terus melakukan pencegahan dalam menekan angka Stunting di Kepulauan Riau. Untuk menciptakan generasi penerus yang sehat dan bebas dari stunting,” tungkasnya (adv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *