Delta Kepri – Seiring berjalannya waktu, tingkat abrasi di Kecamatan Midai Kabupaten Natuna kian meprihatinkan.
Pasalnya tingkat abrasi tersebut kini diperkirakan sudah mencapai tiga (3) meter. Hal ini juga yang dikatakan Kepala Dinas Lingkugan Hidup (DLH) Kabupaten Natuna Saparuddin di ruang kerjanya selasa (18/04) kamarin.
“Midai itukan tidak ada batu karang di pinggir pantai, hanya langsung pantai pasir, jadi memang rawan abrasi. Dan abrasinya udah mencapai tiga meter”, ujar Asparudin.
Menurutnya, untuk tahun ini pihaknya berencana mengusulkan penanaman magrove disetiap pesisir pantai Kecamatan Midai yang keseluruhannya berjumlah 5000 batang, yang bertujuan menghindari terjadinya pengikisan air laut, terlebih pada cuaca ekstrime.
“Tahun ini Midai mau pasang pemecah ombak, setelah itu kita tanam hutan mangrove. Pemecah ombak itu dari PU, setelah selesai dipasang pemecah ombaknya, baru kita usulkan penanaman mangrove sekitar 5000 batang”, imbuhnya.
lanjut Asparudin, Pertumbuhan hutan Mangrove di Kecamatan Midai terbilang minim. Sebab, mayoritas pantainya tidak terdapat habitat tumbuhan mangrove itu sendiri.
“Sebenarnya kita tanam mangrove di Midai itu memang agak payah juga, karna dasar pantainya pasir. Hutan mangrove ini kan ada lumpurnya, sementara pasir memang agak payah untuk dia hidup”, tambah Asparudin.
Ditambahkannya, Abrasi adalah pengikisan daerah pantai yang terjadi karena gelombang dan arus laut destruktif.
Pengikisan yang demikian menyebabkan berkurangnya daerah pantai mulai dari yang paling dekat dengan air laut karena menjadi sasaran pertama pengikisan.
“Jika dibiarkan, abrasi akan terus menggerogoti bagian pantai sehingga air laut akan menggenangi daerah-daerah yang dulunya dijadikan tempat bermain pasir ataupun pemukiman penduduk dan wilayah pertokoan di pinggir pantai,” ucapnya. (Afrizal)