Delta Kepri – Baru beberapa hari pasca dilantik Wakil Gubernur (Wagub) Kepulauan Riau, Isdianto mendadak heboh dikalangan netizen.
Pasalnya, foto Wagub Kepri Isdianto bersama mantan Wagub Kepri Soerya Respationo, yang berpose menginjak kursi menjadi viral di facebook.
Bahkan, beberapa netizen juga terlihat ikut-ikutan berpose yang sama seperti foto tersebut.
Sontak, beragam komentar pun bermunculan dari masyarakat yang melihat foto itu.
Banyak yang menyebut hal itu tidak pantas, mengingat dalam foto itu Isdianto sedang mengenakan Pakaian Dinas Upacara Besar (PDUB).
Menanggapi hal ini, Soerya Respationo kepada Deltakepri.co.id mengatakan bahwa kursi tersebut melambangkan kemakmuran.
“Kursi adalah salah satu pijakan para pejuang untuk mengangkat masyarakat dalam menggapai kemakmuran,” sebutnya.
Karena, menurut pria yang akrab disapa Romo ini, para Raja dahulu rela memijak kursi kekuasaannya untuk kemajuan bersama.
“Mereka rela menginjak dan mengorbankan kursi kenikmatannya, untuk kemaslahatan masyarakat,” ungkapnya.
Romo menceritakan asal mula filosofi kursi yang sudah dikenal sebagai lambang kekuasaan sejak zaman mesir kuno.
“Sebenarnya orang mendewakan kursi itu sudah dimulai zaman Mesir Kuno (3130-1070 Sebelum Masehi). Saat itu, biasanya yang menggunakan kursi adalah raja-raja ataupun pejabat, karena memang kursi pada zaman itu digunakan sebagai simbol kekuasaan atau martabat seseorang,” bebernya.
Lanjut Romo, semakin tinggi kaki-kakinya, maka semakin tinggi pula derajat yang disandang oleh pemiliknya.
Dengan kata lain, dulu kursi digunakan sebagai salah satu tolak ukur seberapa derajat seseorang serta menjadi sebuah simbol kemegahan.
Karena lambat laun, tersebarlah kursi ini hingga ke masyarakat Yunani kuno sekitar 110-400 SM. Namun saat itu juga masih jarang yang memakai.
Sama seperti Mesir Kuno, kursi digunakan sebagai tolak ukur untuk menentukan status sosial pemiliknya.
“Saya memandang itu sebagai sebuah sarkasme. Ada pesan yang kuat di dalamnya, bahwa pejabat bukanlah penyembah kursi. Pejabat itu abdi rakyat, bukan abdi kekuasaan yang dalam hal ini dilambangkan dengan kursi,” ungkapnya.
Karena itu, kata Pria yang saat ini menjabat Ketua DPD PDI P Kepri ini, bagi pejabat, kursi memang harus diinjak, karena itu lambang feodalisme.
Sedangkan kursi seorang wagub itu memang bukan itu, tapi di hati rakyat.
Bila sudah manunggal, maka akan bisa selalu hadir saat rakyat dalam kesulitan.
Kata-katanya akan selalu menyatu dengan perbuatan, karena yang mereka sampaikan adalah bahasa kalbu.
“Jadi justru saya akan lebih tersinggung melihat foto pejabat yang duduk di kursi, sambil tunjuk sana tunjuk sini!,” tutupnya.
Sementara itu, Wagub Kepri Isdianto mengatakan, jika apa yang dilakukannya bersama mantan Wagub Kepri di foto tersebut, tak lebih hanya sebuah bentuk ekspresi kegembiraan.
“Itu bentuk ekspresi seseorang, gitu saja. Bukan istilahnya karena itu bahwa kita arogan. Tidak,” tegasnya, Kamis (29/3).
Isdianto pun menyayangkan sikap masyarakat yang terlalu membesarkan hal ini.
“Saya kira itu tidak perlu dibesar-besarkan,” sebutnya. (DK)