HeadlineTanjungpinang

Pulau Penyengat, Destinasi Religi dan Warisan Budaya Melayu yang Memikat di Kepri

×

Pulau Penyengat, Destinasi Religi dan Warisan Budaya Melayu yang Memikat di Kepri

Sebarkan artikel ini
Pulau Penyengat di Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), terus menjadi magnet wisata religi dan budaya bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.F-Indra

TANJUNGPINANG, deltakepri.co.id – Pulau Penyengat di Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), terus menjadi magnet wisata religi dan budaya bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Pulau kecil seluas sekitar 4 kilometer persegi ini menyimpan jejak kejayaan Kerajaan Riau-Lingga sekaligus menjadi ikon budaya Melayu di tanah Gurindam.

Untuk mencapai Pulau Penyengat, wisatawan cukup menyeberang menggunakan perahu motor selama 10 hingga 15 menit dari Pelabuhan Tanjungpinang.

Setibanya di pulau, para pengunjung langsung disambut dengan pemandangan megah Masjid Sultan Riau berwarna kuning khas, yang hingga kini masih aktif digunakan sebagai pusat kegiatan keagamaan.

Menurut sastrawan lokal, Raja Malik Hafrizal, nama “Penyengat” berasal dari peristiwa masa lalu ketika sekelompok nelayan yang mengambil air bersih diserang serangga menyengat yang disebut lebah atau tabuhan oleh masyarakat setempat.

“Dulu, pulau ini menjadi tempat persinggahan pelaut karena memiliki sumber air bersih. Tapi suatu waktu, para nelayan diserang serangga penyengat. Sejak itulah disebut Pulau Penyengat,” ujar Raja Malik, Minggu (20/7/2025).

Pulau ini kemudian menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Riau-Lingga dan secara resmi dinamai Pulau Penyengat Indera Sakti.

Salah satu peninggalan utama dari masa tersebut adalah Masjid Sultan Riau, yang dibangun sekitar tahun 1832 secara gotong royong.

Keunikan masjid ini terletak pada bahan bangunannya yang menggunakan campuran putih telur, kapur, dan pasir sebagai perekat.

“Selain tempat ibadah, masjid ini juga menyimpan artefak bersejarah seperti Al-Qur’an tulisan tangan,” tambah Raja Malik.

Pulau Penyengat juga dikenal sebagai tempat lahirnya Raja Ali Haji, sastrawan besar Melayu yang menulis Gurindam Dua Belas — sebuah karya sastra yang memuat ajaran moral dan etika masyarakat Melayu.

“Karyanya sederhana, mudah diingat, dan masih digunakan sebagai tuntunan hidup hingga sekarang,” ungkap Raja Malik.

Kini, Pulau Penyengat menjadi destinasi favorit wisata religi dan sejarah.

Wisatawan tidak hanya menikmati panorama arsitektur dan nilai budaya, tetapi juga berziarah ke makam tokoh nasional seperti Raja Haji Fisabilillah dan Raja Ali Haji.

Penulis : Indra

Editor : Red

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *