DELTAKEPRI.CO.ID|TANJUNGPINANG – Dewan Pembina Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBH) Tuah Raja Adil Herman bersama pengurus dan anggotanya antusias menyambut kunjungan mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH), Rabu (17/11) sore tadi.
Herman mengatakan mahasiswa UMRAH yang bertemu dengannya ini sedang melakukan proses penelitian ilmu hukum tentang pelayanan bantuan hukum yang diberikan YLBH Tuah Raja Adil kepada masyarakat.
Dalam pemberian bantuan hukum itu, ujar Herman, mahasiswa UMRAH paralel 2019 diajari berbagai metode-metode pelayanan, dan itu wajib diketahui oleh para calon sarjana hukum.
“Mahasiswa itu perlu tahu struktur sampai ke teknis pelayanannya. Seperti, saya pembina dan ibu Susan Ketuanya. Masing-masing dari kami punya tugas fungsi melayani orang mendapatkan bantuan hukum secara gratis,” tukas Herman di kantornya, Jln.Karya Kampung Lembah Rantau, KM 9.
Menurutnya, masyarakat khususnya mahasiswa hukum, disamping mengerti cara mendapatkan bantuan hukum, juga wajib mengetahui berasal darimana anggaran atau sukses fee yang diterima LBH ketika memberikan bantuan hukum gratis.
“LBH terakreditasi itu ada dana dari pemerintahnya. Namun berbeda kalau kemampuan orang yang mengadu itu kasusnya tipu gelap. Itu pasti tidak kita terima. Karena rata-rata terkait kasus itu, orangnya mampu. Jadi ada penilaian kita disamping persyaratan SKTM,” terangnya.
Selain penilaian itu, Herman mengaku bahwa selama ini YLBH-nya menggunakan anggaran pribadi dalam memberikan bantuan hukum ke masyarakat.
“Kalau kita sendiri. Ya gimana ya, selama dua bulan semenjak berdiri hingga saat ini. Saya pakai kocek sendiri. Tidak apa apa, asal tujuan memberikan bantuan hukum ke masyarakat tercapai. itu saja,” cetusnya sambil menunjukan saku celananya.
Mendengar perkataan itu, Niaga mahasiswa UMRAH mengaku kagum dengan YLBH Tuah Raja Adil. Ia menuturkan, menggunakan biaya pribadi cukup sulit ditemukan pada waktu sekarang ini.
Pasalnya, pengeluaran operasional dalam pemberian bantuan hukum tergolong ongkos yang besar, jika dikalkulasikan secara rinci.
“Kalau kita sepuluh mahasiswa ini anggap dua bulan berdiri tanpa bantuan pemerintah, lalu berikan bantuan ke masyarakat secara gratis, wara wiri kesana kemari terus mengurus surat-surat dan lainnya. Itu sangat langkah dijumpai organisasi seperti ini,” kata Niaga.