Nusantara

Menko PMK Buka Festival Serayu & Kongres Sungai Indonesia

×

Menko PMK Buka Festival Serayu & Kongres Sungai Indonesia

Sebarkan artikel ini
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani (kiri), bertepuk tangan saat disambut sejumlah murid sekolah dasar pada kunjungan kerja di Sekolah Dasar Kartika X-3, Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (28/1). Kunjungan dan peninjauan Menko PMK tersebut dalam rangka penerapan program revolusi mental terhadap penerapan gizi seimbang dan prilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat Indonesia yang dimulai sejak usia dini. ANTARA FOTO/Novrian Arbi/Rei/ama/15.

JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani menyatakan, keberadaan sungai sejak lama telah menjadi salah satu sumber terbangunnya peradaban manusia.

Oleh karena itu, kata Puan, masyarakat harus menjaga dan melindungi sungai yang salah satunya dengan tidak membuang sampah sembarangan serta tidak menganggap sungai sebagai sumber masalah dan bencana.

Hal itu disampaikan Puan ketika membuka Festival Serayu Banjarnegara dan Kongres Sungai Indonesia Tahun 2015 di Banjarnegara, Jawa Tengah.‎ Ini untuk pertama kalinya Indonesia menggelar perhelatan yang secara khusus terkait dengan sungai.

‎”Diperlukan perubahan cara pandang, cara kerja, dan cara hidup kita dalam menjadikan sungai sebagai pusat peradaban dan menjauhkan sungai dari tempat pembuangan sampah ataupun sebagai sumber bencana,” kata Puan di Banjarnegara, Rabu (26/8/2015).

Hadir dalam acara itu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Bupati Banjarnegara Sutedjo Slamet Utomo, pimpinan DPRD Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Banjarnegara.

‎Puan mengatakan, sungai telah sejak lama menjadi acuan utama dalam membangun pemukiman, kota, serta peradaban. Dari sungai, kata Puan, manusia memanfaatkan airnya untuk mencukupi kebutuhan hidup seperti air bersih, irigasi, transportasi, perikanan, pariwisata serta menjadi sumber pembangkit listrik.

‎Tidak hanya itu, lanjut Puan, sungai juga menjadi sumber air yang pada perkembangannya telah menjadi tempat terbentuknya kota sejak jaman nenek moyang, seperti Sungai Tigris di Bagdad, Sungai Thames di London, dan Sungai Brahmaputra di Delhi.

‎Demikian juga yang terjadi di Indonesia, Puan mengatakan, sungai juga membentuk antara lain kota Surabaya (Kali Brantas), kota Jakarta/Batavia (Kali Ciliwung), Kota Pontianak (Sungai Kapuas), serta Kota Samarinda (Sungai Mahakam).

‎”Menjadi keprihatinan bersama karena fenomena beberapa dekade terakhir ini hampir semua sungai telah berubah fungsi. Perilaku manusia modern justru bertentangan dengan misi peradaban dan keberadaan sungai,” ujar Puan.

Saat ini, kata Puan, sungai tidak lagi diperlakukan sebagai sentrifugal kehidupan yang harus dirawat dan dilestarikan. Namun, kata Puan, sebaliknya sungai dirusak dan dicemari, dan sungai sudah berubah fungsi dan diperlakukan sebagai tempat pembuangan sampah, pelimbahan dan dianggap sebagai salah satu sumber bencana.

“Saya mengingatkan kembali bahwa bencana paling banyak terjadi di negara kita yaitu bencana hydrometeorologis dan klimatologis sebesar 80 persen yang berupa bencana banjir, kekeringan, tanah longsor serta gelombang pasang,” kata Puan.

Oleh sebab itu, Puan berharap pelaksanaan Festival Serayu dan Kongres Sungai Indonesia, bisa memiliki arti yang sangat penting dan strategis dalam pelaksanaan pembangunan nasional. “Pelaksanaan Festival Serayu dan Kongres Sungai Indonesia di samping diselenggarakan untuk menekankan perbaikan fungsi sungai terhadap perkembangan sektor budaya, ekonomi, kesehatan, pendidikan dan sektor-sektor lainnya, yang juga membantu mewujudkan salah satu Agenda Pembangunan Nasional,” ujar Puan.

Pemerintah sendiri, Puan menambahkan, telah menetapkan norma dalam melaksanakan pembangunan nasional yaitu menempatkan pembangunan yang menjaga keseimbangan dan daya dukung lingkungan hidup. Komitmen pemerintah diwujudkan dengan melakukan Internalisasi 108 Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu (RPDAST) yang sudah disusun ke dalam RTRW. “Kebijakan-kebijakan tersebut diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan air bagi kebutuhan sosial dan ekonomi produktif serta bagi kehidupan masyarakat sehari-hari,” ujar Puan.

Menurut Puan, perhelatan akbar Festival Serayu yang menggabungkan sektor kebudayaan dan lingkungan hidup ini sangat menarik dan mengundang minat wisatawan. Sebab, kata Puan, makna dan nilai yang terkandung dalam kedua acara itu sangat tinggi karena menampilkan berbagai atraksi budaya yang menarik.

“Saya selaku Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan sangat mendukung dilaksanakannya kegiatan Festival Serayu Banjarnegara dan Kongres Sungai Indonesia ini dan berharap agar dapat dipertahankan sebagai event budaya dan pelestarian lingkungan,” ujar Puan.

‎Melalui Festival Serayu Tahun 2015 dan Kongres Sungai Indonesia, Puan mengharapkan, bisa lahirnya rekomendasi perwujudan gerakan kedaulatan air, sungai dan perairan sebagai upaya kita dalam membangun sungai sebagai pusat peradaban kehidupan masyarakat Indonesia.

“Saya berharap agar melalui event ini, kita dapat meningkatkan motivasi, kegigihan dan kepedulian dalam pelestarian lingkungan dan budaya, serta mendorong generasi muda untuk bertindak dan berkarya positif dengan berakar pada kebudayaan sendiri,” kata Puan. net

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *